PLN itu ternyata tukang sihir
Ganteng 2 siang tadi sendirian di rumah. Dengan panik dia nelpon, "Listrik mati. Ini bunyi-bunyi!" Saya kaget. "Ha? Ga mungkin De, ibu baru isi kemarin ini.... coba lihat meterannya, berapa angka di situ?" "0.00 Bu!" "What? Ga mungkin De...." Coba check aktivitas Internet Banking, terakhir pengisian 06 Juli 2016, sekitar +- 670 an kwh. Dengan rata-rata pemakaian +- 15 kwh per day, ini seharusnya tahan 1.5bulan. "Yah, Adik bilang listrik mati! Meterannya 0!" G0: "Gak mungkin! Kemarin ayah check masih 400-an!" "Mungkin! Beneran, tuh si adik panik!" Si suami nelp 123 disuruh pancing isi sedikit dulu, kalo ga balik telpon lagi. -yang mana ga balik-Nanya-nanya teman, adakah yang ngalamin hal yang sama: jawabannya "Ikhlaskan!" Duh duh.... sedekah kok ke PLN. :( Kenapa bisa 400an kwh hilang dalam sehari? Kalau ini di pascabayar, komplain bisa dilayani dengan pemeriksaan meter, ada ketidakwajaran gak, dan mungkin ada reduksi tagihan (mungkin gak?). Kalo ini di prabayar? 4 orang yang gw tanya ya jawabnya: ikhlaskan.... :( Dear PLN, itu 400 kwh, kemana larinya ya? --- Di atas adalah postingan saya di FB pada 20 Juli 2016. Tentu saja, upaya telpon ke layanan pengaduan sudah dilakukan. Hasilnya, saran untuk mengisi pulsa sedikit dulu sebagai pancingan, kalau ada masalah telpon lagi. Ga balik, sudah ditelpon lagi, hasilnya adalah: nomer laporan, yang gak diupdate kecuali si pelanggan nelpon lagi :) Dear PLN sayang, nelpon ke layanan pengaduan PLN itu pakai pulsa lho, engga gratis. Jadi tolong dihargai, males nelpon balik update status laporan pake SMS pun gakpapa kok. H+1, saya mendapatkan response dari teman FB yang bekerja di PLN, isinya adalah akan di check dulu status meteran saya, diminta No Meteran dan ID Pelanggan. Masih dalam hari yang sama, update yang saya dapatkan barulah isi meter terakhir, yang mana itumah bisa dilacak dari history pelanggan. Tapi tetap saya sampaikan, dengan memanfaatkan history yang sama, kan bisa diperiksa riwayat pemakaian saya. :) H+2, no update. H+3, ada lagi yang menghubungi, katanya nomer saya tidak bisa dihubungi, okay ini mungkin karena saya sedang dalam perjalanan dari Dramaga ke rumah. :) Saya berikan ke-dua nomer telpon saya. Dan ada juga yang bertanya, sudahkah ada petugas dari PLN yang datang ke rumah? Saya jawab: belum ~> hasil nanya orang rumah juga. H+4, no update. H+5, ada sms masuk yang isinya menanyakan, jika meteran akan diperiksa sekarang, apakah ada orang di rumah? Saya jawab, ya. Dan ini hasilnya: Setelah dua hari kontak via FB, akhirnya hari ini janjian ama mas-mas dari PLN (dah feeling aja yang dateng pasti mas-mas, masalah teknis tentang kelistrikan masih didominasi mas-mas :D) Saya pikir yang dateng bakalan mas-mas kecapean naik motor berduaan, bawa peralatan listrik gitu (sedikit mirip tukang service AC dalam imajinasi saya mah). Ternyata yang datang 2 mas-mas plus 1 bapak-bapak, yang saya duga adalah boss-nya (don't worry Elwindra, saya didampingi ayahmu dan anakmu) :D , mengenakan mobil dinas, dan nyampe sini masih wangi. Oke. Di sini saya merasa keluhan saya dihargai (murah amat harganya ya?) :) Prosedur pertama: mengenalkan diri. Yatapi dengan seragam, atribut, mobil dinas, udah meyakinkan lah ya ini orang PLN beneran. Kedua: cek data.... matching gak riwayat token ama downloadan mereka - match (sudah seharusnya) Ketiga: ngobrol. Saya nanya, kemana hilangnya ini 400an kwh saya? :'( Diawali dengan mereka bertanya riwayatnya dulu, disertai mati lampu gak. Untung ada Attar, Attar jawab iya. Jawaban mereka, kemungkinan ketika ada switching gardu (atau sesuatu tentang itu), pas listrik mati itu, pas nyalanya dianggap pemakaian.... jadi ketarik semua. Mereka juga menjelaskan rata2 pemakaian saya 15 kwh per hari (yes Mas, pan saya statistisi, itu sudah saya hitung), yang hilang memang sekitar 400 kwh an (setara dengan 600rb an rupiah duit jajan saya, Mas, hiks). Ternyata meteran saya setelah di cek (kalibrasi manual, cek impulse, cek beban) normal. Namun karena usianya, mereka tetap akan rekomendasikan u ganti (selama saya ga bayar gakpapa Mas :D) Dan prosedur selanjutnya adalah mereka download data dari meteran, untuk sebuah meteran berumur 5 tahun dia ga banyak ya datanya pemirsa? :D Mereka minta waktu 1 hari untuk menganalisa datanya :) katanya kalau memang nanti hasil analisa ini karena gangguan jaringan, kwh saya akan dikembalikan. Alhamdulillah. :) Kalau ini selesai dengan baik, postingannya bakal di bawa ke blog untuk panduan misal ada temen lain yang mengalami hal yang sama.... Saya ngga tahu, ini power of socmed ato karena ini statusnya rumdin, atau memang ini SOP PLN dalam menangani keluhan pelanggan. Yang pasti, saya memaafkan keterlambatan pemeriksaannya (tidak 1x24 jam), ya pan mas-masnya juga perlu wikenan kan yaaaa :) Wish me luck! :) (Semoga kwh nya masih rejekiku) Tapi ya janji tinggal janji. H+6, tidak ada kabar :( H+7, colek lagi teman FB, "Kemarin saya dijanjikan analisisnya sehari saja, tapi ini sudah hampir 2x24 jam engga ada kabar", yang kemudian di follow up lagi (senangnya) Jam 5 sore, ditelpon lagi bahwa besok akan dilakukan penggantian meteran, dan kwh akan diganti senilai 460 kwh (perhitungan mereka akan kwh saya yang hilang), dan sisa di meteran. H+8, petugasnya entah kenapa, janji dateng ga dateng. Pas check HP, ada nomer ga dikenal telp. Ternyata, dia nelp sekitar jam-3 an (padahal saya nungguin jam-1 an), dan janjian kalau bisa sore ini (tapi gak bisa dan dia janji besoknya pagi-pagi sudah datang). H+9, pagi, ganti meter. Biaya, 0. Tapi lagi-lagi, si mas ga dibekelin kwh pengganti. Waktu saya tanya, dia malah ngomong balik "Kalau itu tanyakan saja ke PLN!" Oh ternyata mas nya ini hanya tenaga rekrutan untuk ganti meter. "Telpon maksudnya?" Tanya saya lagi. "Jangan, datengin aja kantornya! Kalau nelpon, lamaaaaa...." Fiuh.... Nah, saya tanya lagi sama Mas-mas yang no HP nya saya simpan. Ahahahaha.... pasti si Mas sebel dan nyesel ngasih no HP. :D Hasilnya: dia bilang, sisa kwh baru dilaporkan siangnya. Dan dia sudah siapkan nomer token pengganti senilai kwh saya yang hilang (+-460) + sisa meter (+-40), ternyata setelah dijumlahkan dapat: 516 kwh. Yipppiieeee.... Meski panjang dan berliku, saya berbahagia kwh saya balik. Beberapa catatan saya buat, agar Listrik Pintar semakin Pintar, hehehehe 1. Itu memory di meter gak bisa diupgrade ya? Supaya bisa merekam data pemakaian harian? Karena kemarin melihat, data 5 tahun pemakaian cuma berapa lembar gitu. Isinya kapan ngisi token, berapa yang di isi, berapa kwh sebelum diisi, berapa kwh sesudah. Atau emang ga penting ya statistik harian? Karena pas kejadian ilang itu kan musim mudik, tapi ya saya sudah pasrah sih dengan penghitungan rata-rata pemakaian, yang penting balik :* 2. Sistem pengaduan diperbaiki. Pelanggan bisa cek aduan online atau gimana gitu, yang gak harus nelpon. Nelpon itu ya, lama.... nungguin operator selesai ngejelasin instruksi, nungguin operator ngangkat, dan ujung-ujungnya gak bisa ada solusi saat itu juga. :( Haish.... Namun demikian, saya menyarankan untuk pakai Listrik Pintar (listrik prabayar) ini saja, kenapa? Ya kita bayar sesuai yang kita pakai aja. Nggak ada biaya bulanan. :)
0 Comments
Menyambut Hari Statistika Nasional, Badan Pusat Statistik (BPS) menggandeng beberapa organisasi statistik untuk menyelenggarakan seminar statistik. Tema HSN 2014 ini adalah “Dengan Semangat HSN Kita Tumbuhkembangkan Peran Serta Masyarakat Dalam Pembangunan Statistik”.
Pada 19 September 2014, Ikatan Statistika Indonesia (ISI) dan BPS menyelenggarakan seminar dengan tema “Peningkatan Peran Serta Masyarakat Untuk Mendukung dan Mengawal Kebijakan Pemerintahan Dalam Bidang Kedaulatan Pangan, Energi, dan Restorasi Ekonomi Maritim Indonesia”. Tema yang menjadi issue hangat, menyambut kabinet yang akan datang. Seminar dibuka dengan sambutan Kepala Badan Pusat Statistik, Suryamin. “Hari Statistik Nasional bukan hanya milik Badan Pusat Statistik”, ujar beliau. Bukan tanpa sebab, sampai hari ini pun masih ada yang beranggapan bahwa HSN adalah –Hari Ulang Tahun BPS-. Karena ini juga adalah acara ISI, asosiasi profesi bagi statistisi, Suryamin berpesan agar kegiatan statistik seperti Hitung Cepat, menjadi perhatian dari ISI. Selain itu, tantangan bagi ISI apakah dapat memunculkan indikator baru yang bisa digunakan untuk evaluasi kebijakan. Memasuki acara seminar, yaitu diskusi panel yang dimoderatori oleh Leonard Samosir, Adi Lumaksono, Ketua ISI sekaligus Deputi Bidang Statistik Produksi BPS mengawalinya dengan memaparkan kontribusi apa yang sudah dilakukan BPS dalam rangka kedaulatan pangan. Adi menjelaskan bahwa salah satu kegiatan besar BPS yang baru saja berlangsung, Sensus Pertanian 2013, merupakan salah satu upaya penyediaan data terkait produksi pertanian Indonesia. Materi dapat diakses di sini. Selanjutnya, tokoh yang hangat diperbincangkan di dunia pertanian, Masril Koto. Secara singkat dia menjelaskan salah satu yang menghambat majunya pertanian kita adalah karena pelakunya yang terus berkurang. “Tanah tidak berkembang, orang makin berkurang, sehingga upaya kami dalam menyejahterakan petani adalah dengan menambah mata pencahariannya”, ujarnya. Berbagai cara dilakukan, mulai dari beternak ikan di belakang rumah, maupun menjadikan pematang sawah media untuk menanam buncis. Ada banyak cerita menarik yang disampaikan Masril. Diantaranya kekecewaannya terhadap salahsatu Bank Pemerintah yang dianggap menyulitkan petani untuk meminjam karena mensyaratkan adanya jaminan. Inilah yang menjadi pemicunya untuk mendirikan Bank Petani, dengan produk seperti Bank pada umumnya, ada simpanan, ada pinjaman. Masril berupaya agar anak-anak muda mau perduli dengan nasib petani, dengan strategi menjadikan para petani sebagai pemegang saham di Bank Petani, dan merekrut anak-anak petani sebagai pengelola dari Bank Petani. Sampai sekarang, Masril berhasil bekerja sama dengan 580 kelompok tani, dengan kurang lebih 1500 pengelola. Berbagai inovasi dilakukan Masril dengan Bank Petani ini, diantaranya dengan nama produk simpanan yang sesuai dengan kebutuhan petani, misalnya: Tabungan Ibu Hamil, Tabungan Pendidikan, Tabungan Sosial, Tabungan Hari Raya. Dua produk terbarunya adalah Tabungan Niat Naik Haji, dan Tabungan Kepemilikan Ipad Untuk Anak Petani. Terkait produk Tabungan Kepemilikan Ipad Untuk Anak Petani, Masril menyimpan cita-cita, kelak anak petani tidak perlu membawa buku lagi ke sekolah. Cukup Ipad, di mana didalamnya tersimpan buku elektronik. Terhadap pertanyaan, apakah ada sanksi bagi petani yang tidak membayar pinjamannya, Masril menjawab, “Kami hanya menjalankan sanksi sosial, cukup diumumkan di Mesjid, yang tidak membayar pinjaman adalah si A, istrinya bernama si B, anaknya C dan D”. Menurutnya, cara itu cukup efektif untuk membuat petani tertib dalam membayar pinjaman. Bagi Masril, untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi petani, caranya haruslah dengan menghabiskan waktu dengan petani. Meluangkan waktu untuk mengamati kesehariannya, berdiskusi dengan istri petani, anak petani. Perlu kira-kira dua hari untuk mendapatkan gambaran lengkap permasalahan petani. Masril menutup ceritanya dengan menyampaikan harapannya pada pemerintahan yang akan datang, “Biarkanlah kami bekerja. Jangan terlalu didikte dari Jakarta. Tanah yang cocok untuk padi, janganlah dipaksa untuk menanam jagung hybrida!” Tulisan Masril tentang Pemberdayaan Masyarakat dapat diakses di sini. Setelah mendengarkan cerita menarik dari Masril Koto, selanjutnya adalah paparan mengenai kondisi terkini ketahanan energi Indonesia. Disampaikan oleh Tumiran, anggota Dewan Energi Nasional. Sebuah sindiran tajam dilemparkan Tumiran, “Statistik sangat penting untuk referensi baseline kita, kalau saja data itu benar!”. Dia menambahkan bahwa data BPS seringkali tidak sama dengan data intelijen internasional, jika terkait dengan energi. “Bangsa Indonesia belum cerdas dalam mengelola sumber energi”, lanjut Tumiran. Beliau berkata, tidak ada Negara seperti Indonesia. Bukan merupakan Negara penghasil batubara terbesar, juga bukan Negara penghasil gas terbesar, namun mampu mencatatkan diri sebagai Negara eksportir batubara dan gas No. 1 di dunia. Menurut Tumiran, faktanya sejak 2002 Indonesia sudah melakukan import BBM. Jika ada yang mengatakan Indonesia adalah Negara penghasil minyak yang cukup besar, yang benar adalah Negara dengan potensi penghasil minyak. Potensi, karena masih perlu dilakukan eksplorasi lebih lanjut, apakah betul daerah itu mampu menghasilkan minyak, gas, ataupun batubara. Terakhir, kita mengeluarkan 450 Triliun untuk import BBM. Dari sisi total energy yang diekspor dibandingkan yang diimpor, terjadi surplus energi. Tetapi dari sisi nominalnya, terjadi penyusutan. Bagaimana cara mengerem ini? Menurutnya, dengan konsep Added Value. Perbaikan infrastruktur, dan adanya pemikiran dari kepala daerah untuk memenuhi kebutuhan energy rakyatnya secara mandiri. Selain itu, menurut Tumiran, pengurangan subsidi BBM menjadi hal yang perlu dilakukan. “Kita kurangi 200 triliun, namun yang harus dilakukan dengan alokasi ini adalah perbaikan infrastruktur, membangun kilang minyak baru, meningkatkan kapasitas listrik, dan membangun perumahan bagi pekerja”, lanjutnya. Lebih lengkap dapat diakses di sini. Diskusi dilanjutkan dengan paparan dari Nico Harijanto, ketua PERSEPI. Nico menceritakan bahwa ke depannya, evaluasi kebijakan pemerintah berbasiskan data empirik akan semakin popular untuk dilakukan. Pemerintahan Jokowi-JK menurutnya akan menggunakan data sebagai dasar pengambilan keputusan. Maka penelitian mengenai evaluasi kinerja pemerintahan, feedback program yang akan dijalankan, hingga evaluasi terhadap rencana kerja yang akan dijalankan akan semakin sering dilakukan. Selain penelitian opini publik yang dilakukan dengan metode wawancara, saat ini penelitian opini publik sudah mulai mengarah ke penelitian sosial media, kita berhadapan dengan big data. Semakin banyak lembaga yang melakukan kajian opini publik, karenanya menurut Nico, perlu ada semacam standarisasi dan sertifikasi, supaya jelas basic kompetensi apa yang harus dimiliki oleh peneliti. Paparan Nico bisa diakses di sini. Menutup paparan Nico, Leonard Samosir memberikan pernyataan, terkait dengan keterbukaan informasi, sebagai pemilik informasi, tidak semua informasi perlu untuk disampaikan. Kita harus melihat dulu manfaat dari informasinya. Panelis terakhir adalah Christianto Wibisono, dari Komite Ekonomi Nasional. Christianto mengutip kata-kata Masril Koto tentang ‘perasaannya’ berbicara di antara para Professor. “Seharusnya pembicaraan Professor lah yang harus bisa dimengerti oleh rakyat,” ujarnya. Dia pun mengutip pernyataan Burhanudin Muhtadi, “Rakyat sudah muak dengan pakar!” Menurutnya, hal inilah yang membuat pilihan rakyat jatuh pada Jokowi-JK. Ada permasalahan penting yang perlu mendapatkan perhatian, kata kuncinya adalah Delivery (penyampaian pesan) dan Implementasi (perwujudan program, bukan wacana terus). Kritik banyak disampaikan Christianto Wibisono, baik terhadap pemerintahan sekarang, maupun yang akan datang. Contohnya, pada pemerintahan sekarang Christianto berujar “Apakah pertumbuhan ekonomi 7% itu suatu kemajuan? Yang lain juga tumbuh kok, mencapai 10%!”. Sedangkan untuk pemerintahan yang akan datang “Jumlah kabinet di Indonesia peringkat 3 terbesar di dunia, dengan 62 orang di posisi kabinet (+ wakil menteri). Dengan komposisi seperti ini, GDP perkapita Indonesia hanya peringkat 22 dunia!” Christianto juga menyampaikan mata dunia saat ini tertuju pada 3 pemimpin Negara, Narendra Modi, Xi Jinping, dan Joko Widodo yang dikenal sebagai Triumvirate Asia. Selain itu, Christianto juga menceritakan titik-titik penting kebijakan ekonomi di Indonesia, menurutnya 2 presiden di Indonesia, jatuh karena BBM dan prosedural. Ini tentunya sebagai peringatan bagi pemerintah yang akan datang, untuk berani mengambil tindakan tidak popular jika itu untuk menyelamatkan Negara. Paparan Christianto dapat diakses di sini. Sampai jumpa di Seminar Statistika berikutnya. :) Selamat Hari Statistik Nasional! Hayoooo, di 2014 gini siapa yang masih punya diary? :)
Sepertinya, blog ini bakalan jadi diary resmi saya. Hehehe.... abisan kemarin ada yang nantangin "nulis status wae di facebook moal matak jadi duit, Fa...." bwahahaha. Dia berhasil memotivasi saya untuk lebih banyak menulis. Sayangnya blog ini berbeda dengan diary masa kecil saya. My little red book, bebas mau maki-maki orang yang saya sebel, ceritain yang bagus-bagus tentang orang yang saya suka, dan akhirnya sebel lagi ketika akhirnya patah hati. An ordinary cycle of love and life. Tuh ya buat kamu yang pertama kali patah hati, dengerin nasehat orang dewasa. Nanti juga kamu sembuh, ketemu lagi orang yang lain, nah, mendingan langsung saja diresmikan. :) Percuma tau nunggu lama-lama kalo akhirnya ngga jadi juga. (ih, kenapa cerita lu harus jadi teori, Fa? LOL) But I do miss my diary. Ada tiga versi saya dalam setiap diary. The dark side of me, the white side of me, and me. Terjebak di antara keduanya. :) terjebak di sini maksudnya, saya tau final destination saya jadi orang yang lebih baik lagi setiap harinya, tapi dalam proses menuju kesana saya masih suka konyol, masih suka lebay, masih suka stupid, yang makin menjauhkan saya dari tujuan saya semula. Itu fungsinya si white side of me tadi. To wake me up, bring me to the reality. But I still miss my diary. Tempat di mana saya bisa jadi saya. I miss the old me, gak semuanya sih, sebagian aja. Hehehe. Periode dimana ngga satupun yang dapat melemahkan saya akan apa yang saya percaya. :) Tapi, diary itu salahnya suka diam saja. Bahkan di saat saya menggila sekalipun. Ngga pernah protes. Gak ngingetin kalo itu salah, iyalah Fa, kan itu cuma buku. Makanya, diary nya dipindah kesini aja deh. Catatannya alfa, tentang semuanya. Dulu ceritanya, ada seorang lelaki, yang jatuh cinta kepada saya versi buku dan google. Waktu itu saya tertawa, dan meminta maaf kepadanya. Maaf, itu bukan saya yang tulis. Ada seseorang yang menuliskan untuk saya, itu saya yang dia inginkan! Lelaki yang menuliskan tentang saya, versi dia, yang dia inginkan dari saya. Dan kemudian saya menebus kesalahpahaman itu dengan mengizinkan dia mengenal saya, dari saya, versi saya. :) Lelaki yang menceritakan tentang saya versinya itu adalah Daddy. Sampai kapanpun, di matanya, saya adalah putri kecilnya yang itu *menelan ludah, ada banyak waktu dimana saya mengecewakanmu, Dad* Lelaki yang jatuh cinta pada saya versi risetnya dia itu adalah suami saya sekarang. :) Lelaki yang saya pernah harapkan akan menjauh karena versi nyata saya berbeda sama sekali dengan apa yang dia baca. Yang kepadanya, didepannya, saya berusaha untuk menjadi semenyebalkan mungkin yang saya bisa. Dan dia bertahan. Lucu. Karena akhirnya saya kebingungan, beneran ya ada yang bisa menerima saya yang seperti ini. Itulah saat dimana saya menjawab ajakannya untuk bersama dengan sebuah ide tentang pernikahan. Sebuah moment, yang selalu menarik untuk dikenang. I will try to be my self here. Coz I do miss my diary. A lot. Ngajak anak ke kondangan tuh ya, harus siap mental! Pulangnya, pasti banyak pertanyaan. Makanya orangtua jaman sekarang harus pinter, pertanyaan anak sekarang ajaib-ajaib. Bikin speechless, gak bisa jawab, n milih ikut UAS Matstat double aja. Meski tetep aja susah jawab, UAS aja efeknya cuma buat pribadi. :D Jawab pertanyaan anak, salah jawab, efeknya seumur hidup!
Bukan, bukan pertanyaan darimana datangnya adek bayi. Itu mah jawabannya udah saya siapin dari sebelum mereka lahir. Dan kebeneran mereka gak pernah nanya, karena, pas kantor si ayah baru beli alat lab, yang isinya perkembangan janin umur 1 sampai 9 bulan di rahim Ibu, mereka udah saya jelasin. Pun juga gambar rahim di posisi tubuh Ibu. Dan yang paling terakhir, gak sengaja masuk lab perawat yang isinya phantom Ibu melahirkan. Komplit dah visualisasinya, untung cowok anaknya. Kalo cewek, kayanya stress deh liat itu semua. Lalu, lalu, lalu? Ini tentang mas kawin. Si anak bertanya apakah mas kawin itu, setelah berulang kali dia datang ke akad nikah. Dia bertanya "mahal sekali ya mas kawin itu, nanti aku bisa menikah ngga ya bu?" Uh, rasanya kaya apa gitu, ikhlas gak ikhlas jawabnya. Ya jangan kepikiran nikah dulu kenapa sih, temenin Ibu dulu. Lagian kamu kan masih SD. Hehehe... tapi kan harus di jawab. :( "Ya bisalah.... kan nanti udah kerja, insyaallah bisa memberikan mas kawin yang pantas...." jawab saya. "Kalau nanti mintanya yang aku gak bisa, gimana?" "Ya sebetulnya mas kawin itu sebisa mungkin juga tidak memberatkan. Kalau memang dirasa berat, coba ditawar. Pasti bisa lah dikomunikasikan, kalian nanti kan sudah dewasa. Kalau ngga bisa juga, ya berarti belum berjodoh. Cari lagi." Saya kadang penasaran sama tetangga sebelah. Apa mereka berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan kaya gini ya dari si sembilan tahunnya? "Dulu Ibu waktu menikah dikasih mas kawin apa sama Ayah?" "Cincin...." jawab saya. "Ih, murah sekali...." *jleb, ini anak ampun deh ah* "Semoga nanti aku mendapatkan jodoh seperti Ibu, yang mau menikah denganku, mas kawinnya cincin aja...." Errr.... ummm.... sana sekolah, kuliah, kerja dulu! Nanti kita baru ngobrol-ngobrol lagi, okeee.... *sambil melirik si Ayah yang senyum-senyum gak jelas gitu.... ini juga Bapak-bapak, turun tanganlah pada pertanyaan-pertanyaan sulit begini! :D Awal 2008, seorang perempuan ditemukan tak bernyawa dalam keadaan tanpa kepala dan berbadan dua, di sebuah hotel di Jakarta. Pelakunya adalah kekasih korban, yang sakit hati karena terus dihina, setelah korban mengetahui bahwa pelaku hanyalah tukang nasi goreng, bukan mahasiswa sekolah tinggi ternama sekaligus pegawai di bank swasta seperti pengakuannya di awal. Berita lengkapnya ada di sini.
2011, seorang kerabat saya tertipu mentah-mentah dengan janji nikah seseorang yang dikenalnya di fb, ketemu aja belum pernah, yang juga mengaku alumni PTN di Yogya dan juga pegawai bank swasta. (Thanks buat temen-temen BPS yang berdomisili di Yogya yang sudah rela bantuin verifikasi). Untung hanya sejumlah uang yang hilang, bukan nyawanya. 2013. Seorang perempuan muda dengan sukses mempermalukan dirinya sendiri dengan mendokumentasikan penipuan tahun ini, mencatatkan dirinya dalam sejarah ketika bertunangan dengan (katanya sih) lulusan s3 dari Amerika. Duh kok saya sedih ya. Padahal yang perlu dilakukan hanyalah sedikit *kepo* untuk menelusuri rekam jejak akademis orang-orang itu. Kalau dia pernah/masih kuliah di Indonesia, maka basis datanya bisa diintip di situsnya dikti. Taruhlah dia mengaku lulusan luar negeri. Minimal ada hasil penelitiannya yang dipublikasikan dan bisa ditelusuri. Cinta itu ga pake logika? Salah besar. Meski cinta, tetap harus logis kalo ga mau jadi gila. Kepo terhadap calon pasangan itu wajib! Jadi ga ada lagi tuh curhatan "gw sebel sama suami gw, ngomongnya kasar ga ada sopan santunnya...." Lah waktu dilamar diperiksa ga nilai bahasanya, agamanya, budi pekertinya, di rapor? Hehe.... Ayolah, ini 2013. Tetap waspada ya sahabat-sahabat perempuanku. Ini kisah lucu yang ingin saya bagi. Setelah belakangan ini, saya sering melihat orang yang petantang-petenteng sok jago di depan kamera, mengarahkan massa dan yang lainnya, di dalam liputan tentang kerusuhan. =) Bisa jadi dia memang begitu emosi, tapi pernah ngga terpikir, mungkin dia sedang ingin ditonton oleh Garin Nugroho, siapa tahu diikutkan dalam proyek film berikutnya. ;-) Apakah kata-kata saya terlalu tajam? Terlalu nyinyir? Ijinkan saya bercerita tentang pengalaman yang pernah saya alami.
Suatu hari di tahun 2005, pasca pembagian BLT tahap I di Kota Kendari. Kantor saya, BPS Kota Kendari, lumayan sering masuk TV karena demo yang ngga berhenti-berhenti. Tiap hari kami menghadapi ratusan orang, dengan satu keinginan, mendapatkan kupon BLT. Mulai dari anggota DPR yang minta pembantunya diikutkan, ibu pegawai negeri dengan emas berkilau-kilau yang bilang anaknya miskin dan belum mendapatkan kartu, hingga memang bapak-bapak yang melepas sendal sebelum masuk ke kantor. Berbagai orang, dengan satu keinginan, harus dihadapi. Life is just like drama. Hanya untuk mendapatkan 'atribut' MISKIN, betapa saya melihat usaha-usaha yang -engga banget deh-. Saat itu, sungguh, saya tidak dapat berkata apapun. Selain banyak-banyak berdoa, semoga pekerjaan kami saat itu, lebih banyak manfaatnya dari mudharatnya. Kami dicaci, dimaki, dibenci, juga sekaligus dicintai, dihormati. Tergantung oleh siapa. Yang berhak dan menerima haknya, yang berhak namun terlewati, dan yang tidak berhak namun mencoba spekulasi. Dan sepertinya, media memberikan warna tersendiri dalam menciptakan kekisruhan ini. Satu kejadian sungguh membekas dalam ingatan. Seorang ibu yang mengendong anaknya yang masih balita, menangis meraung-raung karena tidak mendapatkan BLT. Apa pasal? Kamera dari salah satu TV swasta sedang mengambil gambarnya. Bahkan, si ibu, sempat-sempatnya menitipkan anaknya untuk digendong KSK untuk kemudian? Pingsan. =D Apa yang tergambar di TV keesokan harinya? Si ibu yang meraung-raung dan kemudian pingsan, serta pandangan kami yang kebingungan melihat si Ibu. *yap, mereka tidak menyiarkan bagian penjelasan kami, bagian si ibu menitipkan anaknya, dan bagian kami yang kebingungan melihat si ibu karena kami tahu dia hanya pura-pura pingsan* Dan itu saja, satu titik itu, membuat kredibilitas *televisi berita* yang biasanya menjadi favorite saya itu, turun drastis di mata saya. Hahahaha... Saya malas nonton TV. Atau, untuk memahami satu berita pun, saya akan coba cari referensi di lebih dari satu media. Mengapa? Anda pasti tahu apa alasan saya. Saya mencari, ada perspektif apa lagi dalam menyikapi permasalahan ini. Maka berhati-hatilah kawan, dalam menyikapi suatu permasalahan. ;-) Be wise, Be smart. Malem-malem si mamie nelpon. "Uni.. Si iril di kantor polisi.."
Duaaarrrr... Duh! Kenapa lagi ni bocah. Hobby amat sih cari perkara. "Kenapa mie?" "Ga tau, katanya dipalak orang.." Ya Allah, ada apa sih antara adikku dan preman? Muka dia tuh, muka minta dipalak banget kali ya? Ga di Jakarta, di Bandung, ampuuuunn deh.. Setahun di Jakarta, tiap bulan, ada ajaaa kejadian. Jatoh dari bis, dipalak ama orang Palembang di terminal Pulogadung (helloooo.. Dua tahun tinggal di Prabumulih, punya abang ipar orang Palembang, masi bisa kena palak ama orang Palembang? Ga lulus skola preman ni anak), ditusuk ama anak jalanan di kopaja, pulang bedarah-darah kaga ada yang nolongin, hiks.. Adikku oh adikku.. Kamu tuh yaa!! (Muka marah, kesel, tapi kasian juga liat nasibnya yang apes banget). Ditengah panik menunggu kabar, si mamie nelpon lagi. "Gini ni, ceritanya. Si iril dipalak orang. Diambil dompetnya. Trus sama si iril, dikejar orangnya. Motornya ditabrak, sebelum si iril yang dipukulin orang, dia teriak dulu. Ngasi tau kalo orang itu copet. Kalo ga percaya, liat aja di tasnya. Ada dompet saya.." Fiuuhh.. "Nabrak orang? Trus gimana?!?" "Nah. Orang itu ni, habis deh dihajar massa. Mau dibakar malah tadinya. Tapi jadinya dianter ke Polsek. Aduh itu orang ni, sebelum malak si iril, abis malak mahasiswa juga. Trus abis nyuri motor juga, itu teh ni, yaa.. Motornya teh motor curian. Jadi di polsek teh ketemu, ama mahasiswa yg kena palak, sama yg motornya dicuri, sama2 lagi lapor juga.." "Eh, sarakah2 teuing eta maling teh? Teu cukup gitu handphone jeung motor?" "Ah, ya ga tau. Habis itu orang mukanya bonyok, ni. Si iril gapapa sih. Dia manggil mami soalnya dia kan ga bawa ktp, ga ada sim juga. Tadi mami bilang ktpnya sementara diurus. Ih, sebel mamie liat orang itu. Mau minta maaf, haroream teuing ngadengena oge, udah bikin anak mamie sengsara." "Iya sih mi, syukur si irilnya gapapa. TAPI BILANGIN SAMA SI IRIL JADI JELEMA ULAH LOBA GAYA. Matak pikaresepeun tukang malak, kitu.." Udah ketebak kan, waktu si Irilnya ke Jakarta, panjang lebar diinterogasi kejadian sebenernya kaya apa. "Iya itu uni.. Dia udah ngambil motor orang, malak mahasiswa, eh, masih ke dede juga. Sebenerna dompet dede kosong sih, tapi ada stnk ama sim si da uyung, jadi weh diudag ku dede motorna. Itu orang yg motornya diambil, tadinya seneng motornya balik lagi. Tapi pas dede bilang, motornya rusak ditabrak ku dede, dia bilang, kalo kaya gini bisa minta ganti rugi ga? Dede bilang, ya ga tau, da dede juga posisinya ga salah. Tau ga ni, polisinya bilang apa sama dede? Polisinya nyuruh dede minta uang rokok sama yg motornya balik lagi itu, dan sama yg hpnya balik. Trus nanti bagi dua sama polisinya. Ih dede ga mau.." "Hush ah.. Bawel! Pokoknya, kamu tuh jadi orang jangan banyak gaya deh.. Cape uni denger kamu kena musibah teruuuss.." "Banyak gaya gimana? Dede kan pake helm. Ni, orangnya kan dipukulin tuh, dede juga mukulin sih da kesel, pake helm. Dia bilang gini.. -Ampun, Pak.. Ampun, Pak.. Saya kena HIV- polisi2nya pada takut, ni. Pas dibilang dia kena HIV. Tapi kata dede dia bohong, cuma takut aja dipukulin makanya bilang gitu.." "Hmm.. Bisa jadi dia ga bohong, bisa juga bohong. Memang ada kasus dimana reserse yg mukulin junkies ketularan HIV, pas yg dipukulinnya emang terpapar HIV. Tapi ya ngga bener juga kalo kena HIV trus dia milih jadi maling begitu, uni ga tau dia bener apa ngga. Tapi uni yakin dia lagi mabok!" #Bagaimana teman? Apakah pengakuannya sebagai penderita HIV itu hanya sebatas upaya untuk lolos dari pemukulan? Kok saya sebel banget dengernya yaa.. Dia berlindung di balik tameng, yang makin bikin image penderita HIV tuh tambah negatif aja.. Triwulan empat tahun 2006, aku resmi bertugas di BPS Kota Jakarta Pusat. Ini juga kali pertamanya aku berkenalan dengan seorang ibu, yang punya profesi nyentrik, Koordinator Statistik Kecamatan. =) Saat itu, dia menjabat sebagai KSK Kecamatan Menteng. Kecamatan elite di Kota Jakarta Pusat, karena salah satu kelurahannya, Kelurahan Gondangdia, merupakan tempat tinggal kebanyakan Pejabat Negara.
2007 BPS melaksanakan Sensus Ekonomi Lanjutan, yang merupakan survey terhadap sebagian besar hasil Sensus Ekonomi yang dilakukan BPS tahun 2006. Seingatku, sebagai staf seksi IPDS, peranku dalam survey ini selain sebagai PML, juga menangani laporan pemasukan dokumen dan pengiriman dokumen ke BPS Provinsi DKI Jakarta. Sensus Ekonomi, kawan, di kota besar seperti Jakarta, merupakan pekerjaan yang ‘super duper’ melelahkan. Mengapa? Ketakutan sebagian besar pengusaha akan adanya keterkaitan survey yang dilakukan BPS dengan pajak, menghambat partisipasi responden dalam survey ini. Belum lagi birokrasi pada perusahaan responden, ketidakrapian dalam pengadministrasian sehingga tidak bisa memberikan data yang diminta, atau keraguan terhadap kerahasiaan data yang menyangkut asset dan omset perusahaan. Masih teringat di benakku, Mpok Meni, yang tiap hari menyimpan direktori perusahaan Usaha Menengah Besar dan Berkala di tasnya, melakukan penyisiran terhadap UMB di kawasan Kecamatan Menteng. Tekanan dari atasan bahwa DOKUMEN HARUS MASUK membuat kami, di posisi PML maupun PCL, gerilya dalam melakukan pengumpulan dokumen. Mungkin Mpok Meni kelelahan… Selesai Sensus Ekonomi Lanjutan ini, Mpok Meni membulatkan tekad untuk mengundurkan diri dari KSK. Segala macam bujuk rayu yang kulayangkan (aku dipasangkan dengan Mpok Meni, sebagai Koordinator Kecamatan Menteng) bahwa aku akan membantu administrasi kegiatan, tidak berhasil. Bukan tanpa alasan Mpok Meni kelelahan… Budaya titip menitip mitra, tanpa bertanggungjawab akan titipannya, membuatnya sebal dengan mitra yang tidak bertanggungjawab. Juga kesulitan dalam menemukan mitra andalan, upah PCL yang tidak seberapa untuk kawasan elite seperti Menteng, jadi salah satu kendalanya. Dan pimpinan pun menyetujui permintaan Mpok Meni, meninggalkan aku yang menderita, karena sepertinya aku tak cukup bersahabat dengan KSK yang sesudahnya. Dan lagi, bagiku jabatan KORCAM itu hanya jabatan imaginer, yang diputuskan menggunakan SK untuk mendukung suatu kegiatan tertentu. Waktu berlalu, pimpinan berganti. Padatnya jadwal survey rutin di BPS Kota membuat KSK yang militan sangat diperlukan. Belum lagi tuntutan Pak Camat agar KSK hadir dalam setiap rapat di Kecamatan. Hingga akhirnya, ada salah satu camat yang ‘berteriak’ karena KSK-nya tidak pernah kelihatan. Menyikapi hal ini, pimpinan pun melakukan rotasi KSK. Dan… Si pejuang wanita itu pun kembali masuk ke dalam daftar nama KSK. =) Sebagai bukti bahwa belum ada yang sanggup menandingi betapa ‘militan’ nya dia di BPS Kota Jakarta Pusat. =) Kali ini, Mpok Meni mendapat kepercayaan sebagai KSK Kec. Cempaka Putih. Begitulah… Aku pun kemudian menjalankan tugas belajar. Lama tak terdengar kabar dari Mpok Meni, hingga aku kembali. Bahkan dengan sistem UK sekalipun, Mpok Meni tetap ‘leading’ dalam pemasukan dokumen (BRAVO!!!). Selain sebagai KSK, Mpok Meni juga dipercaya sebagai penanggungjawab koperasi pegawai BPS Kota Jakarta Pusat. Selain itu, Mpok Meni juga menyediakan ‘kebutuhan cemilan’ bagi teman-teman di kantor. Berjualan permen, rokok, dan yang terbaru adalah susu kedelai. Dengan pekerjaannya yang sekian banyak itu, tetap, survey rutinnya selalu dapat diandalkan. Ini tak lepas dari bantuan suaminya, Pak Hendrawan, yang juga Mitra Andalan BPS Kota Jakarta Pusat. Pernah, suatu sore. Aku bertemu Mpok Meni, dalam keadaan yang lusuh, bau keringat. Kutanyakan, ada apa? Dijawabnya sambil tersenyum, “Motor mogok, Fa. Bengkel jauh.. Kepaksa deh dorong-dorong motor nyari bengkel…” Setengah sedih kutanya kembali, “Memangnya orang di jalan ngga ada yang bantuin, gitu?” Dia malah tertawa, “Ini Jakarta…” katanya. Seakan menjawab segalanya. Hidup di Kota Jakarta, kita harus lebih ‘kuat’. Ah, Mpok Meni. Ketika aku dipindahkan ke BPS Prov. DKI Jakarta, aku berjanji, akan menulis sesuatu tentangnya. Maka ketika salah satu KSK sahabatku memberikan kabar bahwa Mpok Meni akan ke istana, luar biasa senangnya hatiku. Segera kuucapkan selamat padanya, pada keluarganya. Dan kuwujudkan janjiku dengan catatan ini. Selamat ya Mpok Meni… Semoga juga menjadi yang terbaik untuk tingkat Nasional. Jangan menyerah dengan belajar komputernya yaa…. Kan sudah ada laptopnya. =) nanti kalau sudah bisa bikin facebook, add yaaa… Sebelum mendengar cerita sahabat saya ini, saya pikir pekerjaan petugas sensus itu sudah pekerjaan paling aneh sedunia. Segala macem garam lah ditanyain berapa pemakaiannya selama seminggu terakhir, siapa juga yang mau iseng nimbang. :-)
Sampai saya bertemu sahabat saya ini, dan bercerita tentang pekerjaannya. Customer Service Operator Telepon Seluler, yup, alias tukang jawabin keluhan kita semua atas layanan operator ponsel, di nomor sekian sekian sekian itu lho..Dasar emang udah nasib jadi petugas sensus, kalo bicara pekerjaan, saya akan menanyakan: pendapatan, jam kerja seminggu.. Bukan bermaksud rese atau pengen tau urusan orang, tapi buat bahan 'referensi' kalo nemu responden dengan pekerjaan serupa. Setelah 'profil' dibuat dan disimpan dalam ingatan, mulailah pertanyaan iseng. "Ngapain aja sih kerjanya?" Tanya saya.. Sahabat saya ini bilang, "Ya jawab-jawabin telepon pelanggan lah.." Sayapun tergelitik untuk ingin tahu lebih lanjut, "biasanya, sehari menjawab berapa panggilan telepon dalam satu shift kerja itu?" Sahabat saya bilang, "rata-rata 120 panggilan telepon.."Woooowww... 120 panggilan, jika rata-rata panggilan itu sekitar 3 menit, maka dia menghabiskan 360 menit, atau setara dengan 6 jam, untuk mengoceh.. Hehehe.. Padahal, teman saya ini orangnya pendiam lho.. ;-) Pertanyaan selanjutnya.. "Ceritain dong, ada yg lucu-lucu ngga nelponnya?" Tanya saya lagi..Dia bilang, "yg ngeselin ada, yg lucu juga banyak banget..." Sambil bercerita dia menjelaskan bahwa sop nya mengatur setiap operator untuk tidak boleh marah, tidak boleh mempertanyakan keseriusan pelanggan dengan permasalahannya, dan tidak boleh mengatakan bahwa sedang ada masalah.. (Hahaha.. Sejatinya, sahabat saya ini seorang yang idealis sekali.. Sekarang dia merasa bodoh karena sering berbohong.. Tapi, kesabarannya makin dilatih..) Dia bilang. Ada pelanggan yg berlangganan sms premium sampai 140 layanan.. Jadi, pulsanya mau diisi berapapun pasti langsung habis (korban iklan tv nih, dugaan saya). Untuk operator dengan layanan bahasa inggris ternyata sering dijadikan 'partner latihan conversation' oleh anak-anak kecil (waahh.. Anak kecil yg kreatif.. Saya aja ngga kepikiran untuk melakukan sesuatu hal seperti itu). Yg terakhir, kata sahabat saya ini, ada anak kecil yang dengan fasih sekali membacakan 'baris-baris ingredients di belakang bungkus mie instant', dan sayapun makin tergelak dibuatnya. Selanjutnya, ceritanya lagi, kadang bingung, karena orang di Indonesia itu beranggapan dengan menelpon Cust. Service segala permasalahannya terselesaikan. Padahal, tidak sesederhana itu..Contohnya, ada pelanggan yang menelpon akan mengajukan tuntutan ke operator karena rumahnya tertimpa bts. Pada umumnya, bts itu dikelola swasta, dan para operator seluler itu hanya menyewa dari mereka. Sahabat saya bertanya, darimana pelanggan itu mengetahui bahwa bts itu milik operator tempat sahabat saya ini bekerja.. "Ya tahulah.. Catnya kan warnanya merah.." Kata si penelpon tadi.. Hehehe.. (Adakah bts yang tidak berwarna merah?) Dan banyak lagi kisah lucu lainnya. Bagaimana setting internet di hp, setelah panjang lebar dijelaskan, ternyata hp pelanggan tidak menyediakan fasilitas koneksi internet. :-) ada yg betul-betul iseng karena menelpon hanya untuk mengulangi kata-kata si operator, dan hebatnya, sahabat saya ini tidak marah (karena tak boleh marah), dan tidak boleh memutuskan telpon (karena sop nya seperti itu). Dia sekarang menjadi orang yg sabaaaarrr sekali.. :-) Tapi dia bilang, ada juga pelanggan yang di 'blacklist'. Bayangkan saja.. Dalam sehari, pelanggan tadi bisa melakukan 30 kali panggilan, dengan keluhan yg sama.. (Apa dia ngga punya kerjaan lain ya?). Dan kadang juga dia suka ngga habis pikir, pernah dia menerima telpon dari pelanggan yg melakukannya sambil -be a be-. Dia bilang.. "Duh, itu orang. Ngga punya perasaan amat.. Sambil nelepon, sambil dengerin pintu digedor2, dan sambil denger dia nyiram toiletnya.. Dengernya aja udah sebel banget.." Ah, sahabatku.. Tadinya kupikir, pekerjaan petugas sensus merupakan pekerjaan paling aneh dan terdengar iseng. Hehe.. Ya, setidaknya meski kamu dimarahi pelanggan, kamu tidak harus berhadapan dengan mereka secara langsung, kan? |
AuthorSebagian dari teman saya sepakat bahwa saya adalah type orang yang "segala dipikirin", karenanya, saya mencoba untuk menuliskan apa saja yang saya pikirkan itu. Archives
February 2018
Categories
All
|